Namun, pemerintah saat ini baru mengurus golongan miskin melalui pemberian bantuan sosial.
Sementara itu, kelas menengah yang daya belinya juga turun tak mendapatkan perhatian serius.
Komisaris Utama Bank Mandiri itu menceritakan pada September lalu sempat satu forum dengan mantan Presiden Chile Michelle Bachelet di Harvard Ministerial Forum di Harvard University.
Michelle saat itu bercerita tentang kemampuan negaranya mampu mereformasi perekonomian secara gemilang dengan mengurus kalangan masyarakat miskin, namun krisis sosial tetap terjadi yang nyaris menyebabkan revolusi di negara itu.
Chatib bilang krisis di Chile yang dijuluki The Chilean Paradox oleh Ekonom asal Amerika Serikat Sebastian Edwards terjadi ketika kondisi ekonomi negara itu sedang bagus-bagusnya.
Chile merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Amerika Latin.
Negara kaya minyak itu juga berhasil menurunkan kemiskinan dari 53% menjadi 6%.
Meski dengan semua pencapaian itu, pada Oktober 2019 meletus kerusuhan sosial yang hampir berujung pada revolusi.
Kerusuhan tersebut dimotori oleh kelas menengah Chile yang merasa tidak puas dengan pemerintahan.
Chatib mengatakan kebijakan-kebijakan pemerintah Chile saat itu memang terlalu fokus kepada 10% masyarakat terbawah.
Sementara itu, kebutuhan kelas menengah terhadap pendidikan yang bagus dan fasilitas umum yang layak kurang mendapatkan perhatian.
"Sebagian policy-nya itu fokus pada sepuluh persen ke bawah," imbuh Chatib Basri. (*)