Indeks tabungan kelas bawah hanya 41,3 dari kisaran 80, sedangkan indeks belanjanya 114,7 dari kisaran 100.
Kelompok bawah dalam Mandiri Spending Index ialah konsumen dengan rata-rata tabungan di bawah Rp 1 juta, kelompok menengah antara Rp 1 juta sampai dengan Rp 10 Juta, dan kelompok atas tabungannya di atas Rp 10 juta.
Tak heran tabungan kelas menengah dan bawah itu terus menyusut demi mempertahankan konsumsi kebutuhan pokok mereka, sebab berdasarkan catatan Bank Indonesia kenaikan gaji atau upah pekerja di Indonesia naiknya jauh lebih rendah dari kenaikan inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food).
Per Maret 2024, secara tahunan kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 10,33% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,47% (yoy).
Hingga Mei 2024 pun levelnya masih sebesar 8,14%.
Sedangkan, kenaikan rata-rata gaji ASN 2019-2024 sebesar 6,5% dengan catatan BI untuk periode 2020-2023 tak ada kenaikan gaji ASN.
Adapun, kenaikan UMR atau gaji pegawai swasta rata-rata hanya 4,9% pada 2020-2024.
Ekonom Senior yang juga mantan Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri sudah berulang kali mengingatkan bahwa kondisi daya beli masyarakat kelas menengah yang tertekan tak bisa terus menerus dibiarkan, sebab akan mengganggu stabilitas politik dan sosial suatu negara.
Dia sempat membahas topik terkait permasalahan kelas menengah yang harus diurus negara itu saat menjadi pembicara di acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada awal tahun ini.
Saat itu, Chatib Basri mengatakan pemerintah perlu mulai fokus memperhatikan kondisi ekonomi dan kepentingan kelas menengah Indonesia, karena ada fenomena mencekam yang dikenal dengan fenomena Chilean Paradox.
Chatib mulanya menceritakan kondisi sebagian masyarakat Indonesia yang mulai menggunakan tabungannya untuk konsumsi.
Dia mengatakan kondisi ini dialami oleh masyarakat kelas menengah ke bawah Indonesia.