Upaya yang dilakukan Setyo dan pihaknya, memfokuskan 3 daerah utama yang memiliki kasus malaria tertinggi serta dekat dengan habitat nyamuk Anopheles betina. Dengan meningkatkan aktivitas Pos Malaria Hutan, agar dapat menggelar screening masyarakat sekitar yang nampak memiliki gejala penyakit malaria.
"Masyarakat yang memang berada pada daerah endemis, tidurnya harus dilindungi. Maka kita membagi kelambu, kita juga secara berkala memberikan larvasida untuk mematikan jentik-jentik nyamuknya itu. Kita pun memberikan pelatihan mikroskopis malaria kepada tenaga laboratorium di puskesmas maupun feskes lainnya. Tujuannya untuk mempunyai capability (kapabilitas) yang memadai untuk bisa melakukan pendeteksian orang ini benar-benar malaria atau bukan. Karena jenis plasmodium itu berbeda, dan obatnya juga berbeda," terangnya.
Kendati pihaknya telah memaksimalkan gerakan untuk mengatasi penyakit malaria, tidak luput pulu masyarakat Kaltim harus ikut andil serta aktif dalam menyikapi permasalahan ini.
Seperti masyarakat diharapakan untuk mengalakan langkah 3 M. Yakni menguras penampungan air, mengubur barang bekas, dan mendaur ulang barang bekas. Bukan hanya itu saja, masyarakat dapat mencegah penyebaran penyakit ini, dengan menggunakan kelambu saat ingin tidur. Melakukan hal itu saat tidur salah satu cara masyakat untuk ikut andil, dalam mencegah luasnya penyebaran penyakit malaria.
Setyo juga mengingatkan, perusahaan yang berada di lingkup hutan untuk secara berkala karyawannya yang berada di lapangan untuk melakukan screening di klinik.
"Dinkes tidak bisa bekerja sendiri. Semua terlibat ini kan bukan hanya peran Dinas Kesehatan. Kita perlu dukungan dari semuanya untuk menangani penyakit malaria. Kemudian, kalau dia memang beraktivitas di hutan dan merasa badannya meriang panas dingin, datang ke puskesmas. Untuk benar-benar dipastikan," katanya.
(adv/diskominfokaltim)