POJOKNEGERI.COM - Penyakit malaria kerap merenggut korban jiwa dan Kalimantan Timur (Kaltim) adalah salah satu dari daerah yang rawan penyakit ini di Indonesia.
Penyakit tersebut bersumber dari gigitan nyamuk Anopheles, tetapi dari beragamnya jenis nyamuk Anopheles, yang menyebabkan malaria ialah nyamuk Anopheles betina.
Melansir laman resmi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), nyamuk malaria atau anopheles betina memiliki tubuh langsing.
Dan nyamuk Anopheles betina dapat menggigit manusia serta mengakibatkan tertularnya penyakit malaria. Sedangkan nyamuk jantan tidak menggigit, sehingga tidak bisa menyebarkan penyakit ini.
Pemicu dari penyakit malaria, berasal dari parasit Plasomodium. Parasit ini lah yang menyebabkannya nyamuk Anopheles betina terinfeksi, lalu apabila nyamuk Anopheles betina terinfeksi dan mengigit manusia, parasit tersebut akan berpindah ke dalam tubuh manusia yang tergigit. Pada akhirnya, membuat manusia terkena penyakit malaria.
Penyakit malaria memiliki beberapa varian, tetapi kasus di Indonesia ada dua jenis parasit yang kerap ditemukan. Plasmodium Vivax, ialah gejala ringan dari malaria, hal itu kerap terjadi dikarenakan menurunnya daya tahan tubuh serta mengakibatkan parasit dapat aktif lagi.
Lalu varian kedua, Plasmodium Falciparum merupakan golongan yang paling berbahaya dari malaria, menimbulkan ragam komplikasi seperti kejang, dan hal yang paling berbahaya hingga koma. Varian malaria ini yang banyak merenggut nyawa manusia.
Human yang baru terkena gigitan nyamuk Anopheles betina, akan meresakan gejala kurang lebih 10 hingga 15 hari. Tanda-tanda umum gejala malaria diantaranya demam, mengigil, sakit kepala, berkeringat banyaka, lemas, pegal linu, anemia (kurang darah), dan terakhir mual hingga muntah.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim), Setyo Budi Basuki menyampaikan bahwa untuk angka tertinggi penyakit malaria ada di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) 381 kasus.
Lalu juga tersebar di Kabupaten Paser sebanyak 240 kasus dan Kabupaten Kutai Timur (Kutim) sebanyak 114 kasus. Disebutkan di atas merupakan data yang dihimpun hingga 14 Juni 2022.
"Daerah atau kawasan hutan itu memang ada nyamuknya yang namanya nyamuk Anopheles. Yang sebetulnya jika nyamuk Anopheles di sana tidak mengigit orang yang berplasmodium, nyamuknya tidak apa-apa. Digigit saja juga tidak apa-apa," ungkap Setyo, kepada awak media saat dipinta konfirmasi di kantornya, Jumat (15/7/2022).
"Sementara di tempat kita, seperti di Kutim kemudian di Penajam, di sana ada hutan tanaman produksi, ada aktivitas perhutanan. Dimana, kegiatan perhutanan itu butuh tenaga, butuh orang," lanjunya.
Dapat disimpulkan, dari pernyataan Setyo sapaan karibnya, manusia yang kerap terjangkit malaria karena memiliki aktifitas tinggi di habitat nyamuk Anopheles betina tersebut.
Oleh sebab itu, beragam upaya dilakukan Dinkes Kaltim menekan tingginya angka kasus penyakit ini. Dinkes menargetkan tahun 2026, Kaltim dapat terlepas dari penyakit malaria.
Upaya yang dilakukan Setyo dan pihaknya, memfokuskan 3 daerah utama yang memiliki kasus malaria tertinggi serta dekat dengan habitat nyamuk Anopheles betina. Dengan meningkatkan aktivitas Pos Malaria Hutan, agar dapat menggelar screening masyarakat sekitar yang nampak memiliki gejala penyakit malaria.
"Masyarakat yang memang berada pada daerah endemis, tidurnya harus dilindungi. Maka kita membagi kelambu, kita juga secara berkala memberikan larvasida untuk mematikan jentik-jentik nyamuknya itu. Kita pun memberikan pelatihan mikroskopis malaria kepada tenaga laboratorium di puskesmas maupun feskes lainnya. Tujuannya untuk mempunyai capability (kapabilitas) yang memadai untuk bisa melakukan pendeteksian orang ini benar-benar malaria atau bukan. Karena jenis plasmodium itu berbeda, dan obatnya juga berbeda," terangnya.
Kendati pihaknya telah memaksimalkan gerakan untuk mengatasi penyakit malaria, tidak luput pulu masyarakat Kaltim harus ikut andil serta aktif dalam menyikapi permasalahan ini.
Seperti masyarakat diharapakan untuk mengalakan langkah 3 M. Yakni menguras penampungan air, mengubur barang bekas, dan mendaur ulang barang bekas. Bukan hanya itu saja, masyarakat dapat mencegah penyebaran penyakit ini, dengan menggunakan kelambu saat ingin tidur. Melakukan hal itu saat tidur salah satu cara masyakat untuk ikut andil, dalam mencegah luasnya penyebaran penyakit malaria.
Setyo juga mengingatkan, perusahaan yang berada di lingkup hutan untuk secara berkala karyawannya yang berada di lapangan untuk melakukan screening di klinik.
"Dinkes tidak bisa bekerja sendiri. Semua terlibat ini kan bukan hanya peran Dinas Kesehatan. Kita perlu dukungan dari semuanya untuk menangani penyakit malaria. Kemudian, kalau dia memang beraktivitas di hutan dan merasa badannya meriang panas dingin, datang ke puskesmas. Untuk benar-benar dipastikan," katanya.
(adv/diskominfokaltim)