POJOKNEGERI.COM - Pengamat kemaritiman nasional Capt Zaenal A. Hasibuan menyatakan agar Indonesia bisa menjadikan Selat Malaka dan Selat Singapura sebagai salah satu kekuatan ‘Merah Putih’ untuk bisa ‘cawe-cawe’ sekaligus kepentingan perekonomian negeri ini.
“Makanya harus ada pelabuhan besar di dekat Singapura yang dibangun Indonesia. Kalau kapal berlayar dari Eropa/ Timur Tengah, semua jalan disisi kanan (dekat Sumatera) karena aturan Traffic Separation Scheme. Maka keberadaan pelabuhan di sisi kanan (Kuala Tanjung, Batam, Tanjung Balai Karimun) akan sangat strategis,” ujar Capt. Zaenal beberapa waktu lalu.
Capt. Zaenal juga menyoroti aktivitas pemanduan di kedua selat tersebut. “Pemanduan Selat Malaka paling ramai dari Eropa/Timur Tengah ke Jepang/ Korea/China. Artinya kapal yang Berlayar dari Barat ke Timur. Masalahnya Pandu naiknya didepan Port Klang Kuala Lumpur di tempat bernama One Fathom Bank/Beting Sedepa yang merupakan wilayah Malaysia. Jika Indonesia menyediakan servis ini, harus mampu menyediakan pilot boarding ground sendiri di perairan Indonesia yang sebenarnya lebih memudahkan kapal-kapal yang mau pakai jasa mereka,” jelasnya panjang lebar.
Masalahnya, kata Zaenal, Pandu-pandu ini belum banyak. “Pemanduan ini akan semakin ramai seiring dengan majunya ekonomi China, tapi kita saat ini hampir tidak dapat apa-apa,” ujarnya lagi.
Seperti diketahui, Selat Malaka dan Selat Singapura menjadi salah satu jalur pelayaran yang sangat strategis. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus berkomitmen mengemban aspek keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim, di kedua Selat itu.
Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, Budi Mantoro mengatakan Selat Malaka dan Selat Singapura dilalui oleh sekitar 35% kapal internasional yang mengangkut sepertiga dari komoditas perdagangan global sehingga membuat kedua Selat ini menjadi urat nadi yang menghubungkan perekonomian wilayah tersebut ke seluruh dunia.
Budi menyatakan bahwa volume lalu lintas yang melewati kedua Selat tersebut terus meningkat setiap tahunnya, mencapai 130.000 kapal per tahun.