"Saya melihat Dirty Vote ini adalah tidak bisa ini dikatakan sebagai film dokumenter karena menayangkan berbagai pemberitaan media melalui audio visual, kemudian tiga pakar," tutur Yusril Ihza Mahendra.
Meski begitu, Yusril juga melihat ada sisi edukasi dari Dirty Vote, yakni tentang ajakan kepada pemilih supaya berhati-hati menentukan pilihan.
Lalu, ada ajakan kepada masyarakat agar lebih kritis terhadap perkembangan politik dan situasi Pemilu saat ini.
Menurut Yusril, materi kritik dari film Dirty Vote adalah sebuah hal yang wajar di negara demokrasi.
Di mana setiap orang bebas mengemukakan pendapat.
Tapi kata mantan menteri sekretaris negara itu, sebuah kewajaran juga bila ada pihak yang mengkritik video Dirty Vote sebagai sebuah propaganda untuk menjatuhkan pamor dari salah satu pasangan capres-cawapres. (*)