Jika ingin memberikan seluas-luasnya kepada kader NU berkiprah di partai lain, tidak harus mendegradasi PKB yang didirikan NU. Toh, banyak kader-kader NU yang menyalurkan aspirasi politiknya di luar PKB, gak pernah ribut-ribut, mereka tetap jalan, bahkan berkolaborasi dengan PKB sebagai mitra politik.
NU dan PKB sejak dulu punya potensi sangat besar, terlebih sekarang ditopang oleh kader-kader muda yang saya lihat punya kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Inilah yang menurut saya, harus dimanfaatkan secara maksimal.
Banyak kader-kader NU, Prof Said Aqil Siroj, Gus Muhaimin, Khofifah Indar Parawansa, Prof Nasarudin Umar, Yenny Wahid, Gus Yaqut, Gus Yahya dan lainnya masuk radar kepemimpinan nasional, kok kita malah disibukkan saling menyerang sesama.
Jadi jangan lagi terbawa arus susupan kepentingan pihak di luar NU, yang ingin mencerai-beraikan kekuatan NU itu sendiri. Kendati, menggunakan tokoh-tokoh inti NU, atau memanfaatkan isu “dendam” politik.
Di saat banyak anak-anak muda NU menyuarakan keberagaman, solidaritas, persatuan, NKRI harga mati, perdamaian, dan lainnya yang bersifat humanisme, justru sebaliknya kita dipersaksikan “drama” yang bertolak belakang dengan apa yang disuarakan selama ini.
Alih-alih ingin “bergaining posisi”, eh…malah gak dapat apa-apa.
(*)