Meski demikian, Rupang kritisi bahwa kebijakan Samarinda Bebas Zona Tambang itu, jangan sampai hanya berupa jargon-jargon saja, tanpa diikuti oleh detail teknis yang diberikan lengkap kepada publik, termasuk kepada teman-teman aktivis serta kalangan masyarakat sipil.
"Tapi dalam konteks, publik harus tahu peta jalannya (dalam RTRW) bukan hanya sebatas kempanye zona bebas tambang. Perbedaan antara Balikpapan dan Samarinda sangat jelas. Balikpapan belum pernah disentuh sama sekali oleh batu bara. Sementara Samarinda ini sudah porak poranda. Ada 349 lubang tambang, dan itu bukan pekerjaan mudah," katanya.
Rupang kemudian beri penegasan, mengapa batu bara tidak dijadikan sumber ekonomi suatu kota.
"Ekonomi batu bara ini ekonomi bunuh diri. Cepat datang tapi kerusakannya luar biasa. Dan beban keuangan daerah itu akan habis untuk memulihkan kerusakan dari industri ini. Yang saya lihat, industri ini akan habis di Samarinda, Karena dia tak berkelanjutan. Kalau mau selamat, tetapkan kota ini sebagai bebas tambang," ucapnya.
(redaksi)