Narasumber acara tersebut diisi oleh Managing Director Headhunter Indonesia, Haryo Suryosumarto, dan Direktur Utama IdScore, Yohanes Arts Abimanyu.
Dalam acara tersebut, Haryo menjelaskan bahwa credit scoring ke depannya punya peluang menjadi seperti psikotes atau medical check up yang umum dilakukan saat rekrutmen.
Credit scoring juga tidak berdiri sendiri sebagai dasar pengambilan keputusan, karena pertimbangan dari faktor lain masih dibutuhkan seperti psikotes, kompetensi, kesesuaian budaya kerja, riwayat pekerjaan sebelumnya, latar belakang pendidikan, catatan kriminal, dan lain-lain.
"Sama halnya dengan medical check up, proses pengecekan kredit kandidat dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kandidat. Jadi, saya rasa hal ini bukan merupakan bentuk diskriminasi”. ujarnya.
Haryo pun menegaskan bahwa credit scoring dalam melakukan proses rekrutmen bukanlah tindakan yang melanggar privasi karena data credit scoring hanya bisa diperoleh atas persetujuan kandidat, kebutuhannya pun bersifat opsional.
“Credit scoring itu perlu untuk menilai satu aspek dari karyawan yaitu bagaimana kondisi kesehatan finansialnya. Penilaian ini berpengaruh khususnya untuk beberapa posisi tertentu seperti level Manager, C-level, atau posisi strategis di bidang keuangan.” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Utama IdScore, Yohanes Arts Abimanyu juga menjelaskan manfaat pengecekan credit scoring bagi HR maupun kandidat.