AHY di bawah bendera Demokrat sudah menyepakati kerja sama dengan Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membentuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan, mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Sementara, dengan membawa nama besar PKB, Muhaimin berkongsi dengan Gerindra membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Gerindra juga sudah mengumumkan ketua umumnya, Prabowo Subianto, sebagai bakal capres 2024.
Dengan memasukkan nama AHY dan Muhaimin dalam bursa cawapres Ganjar, Umam menilai, PDIP ingin “menebar jaring” untuk memperkuat mesin koalisinya.
“Jika dicermati dari lima nama yang ditetapkan oleh PD-P sebagai lima besar cawapres untuk mendampingi Ganjar Pranowo, hal itu mengindikasikan bahwa PDI-P sedang ‘menebar jaring’ untuk mengokohkan mesin koalisinya,” jelas Direktur Indostrategic Ahmad Khoirul, dikutip dari Kompas.com.
Sebab, baik AHY maupun Muhaimin sama-sama berharap dipilih jadi cawapres di koalisi masing-masing.
Namun, hingga kini nasib keduanya masih tanda tanya. Umam mengatakan, PDIP berusaha memanfaatkan momentum ketidakpastian di Koalisi Perubahan untuk Persatuan sekaligus Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya itu.
Sementara, terkait masuknya nama Erick Thohir sebagai cawapres, peluangnya juga dinilai tak seberapa.
Sebab, komunikasi PDIP dengan Partai Amanat Nasional (PAN), partai yang mengusulkan Erick Thohir sebagai calon RI-2, pun cenderung prematur.
Oleh karenanya, Umam menduga, cawapres Ganjar akan menyisakan nama Sandiaga dan Andika Perkasa.
Namun, ketimbang Andika, kans Sandiaga dinilai lebih terbuka.
Apalagi, mantan politikus Partai Gerindra itu kini berada di bawah naungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai yang telah menyatakan dukungan buat Ganjar.
(redaksi)