POJOKNEGERI.COM - Di tengah keresahan akibat ancaman perubahan iklim yang salah satunya disebabkan oleh sampah yang tidak mudah terurai, dari tangan pemuda Indonesia lahirlah inovasi yang bisa membantu mengatasi masalah lingkungan hidup, yaitu piring pelepah pinang yang bersahaja.
Melalui akun Instagram-nya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengungkapkan apresiasi atas inovasi tersebut dan menyebutnya sebagai langkah cemerlang.
Inovasi ini dinilainya telah menghadirkan lapangan kerja baru yang mengedepankan aspek kelestarian lingkungan.
Ia berharap, jika piring pelepah pinang ini makin dikenal publik, permintaan akan meningkat, sehingga produksinya bisa terindustrialisasi dan harga jualnya bisa lebih rendah.
Sebagian pembuat piring pelepah pinang adalah warga Desa Sinar Wajo dan Desa Sungai Beras yang berlokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Mereka tergabung dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), yaitu KUPS Lojo’ Kleppaa dan KUPS Kodopi Mitra Madani.
Untuk menopang kehidupan sehari-hari mereka biasanya menjual pinang. Sejak pandemi menghantam Indonesia pada Maret 2019, permintaan akan pinang dan harga pinang terus menurun.
Menjelang akhir tahun 2020 masyarakat sekitar mulai mengembangkan piring pelepah pinang yang idenya mereka bawa dari luar desa.
Komunitas Konservasi Indonesia - Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) melakukan pendampingan terhadap pengembangan produk kerajinan dari pelepah yang bernilai ekonomi tersebut dan membuka kerja sama dengan Rumah Jambee, salah unit usaha piring pelepah pinang di Jambi.
“Kami memberi pelatihan terkait proses pembuatan piring, termasuk cara menggunakan alat untuk mencetak, sehingga masyarakat bisa langsung praktik,” kata Ayu Shafira, Fasilitator Komunitas dan Kabupaten KKI Warsi.
Sudah tak sabar ingin hunting piring keren tersebut? Ketahui dulu 5 fakta ini:
1. Solusi limbah pelepah
Karena mengandalkan pinang sebagai sumber pendapatan, perkebunan pohon pinang memang mendominasi area tersebut.
Di satu sisi, pinang bisa menopang ekonomi masyarakat. Namun, di sisi lain, sampah dari pelepah pinang luar biasa banyak. Jika pelepah itu dibiarkan berserakan di perkebunan dan kemudian mengering, saat musim kemarau sampah pelepah itu jadi mudah terbakar. Hal ini berbahaya karena bisa memicu kebakaran lahan.
“Ketika inovasi piring pelepah pinang dikembangkan, petani diuntungkan. Mereka tidak harus membersihkan area perkebunan dari pelepah yang setiap hari berjatuhan dan mengotori kebun. Perajin boleh mengambil dan memanfaatkan limbah pelepah itu sebagai bahan baku, tanpa harus membayar sedikit pun. Jadi, bahan baku yang begitu berlimpah bisa didapatkan secara gratis,” kata Ayu.
Untuk membuat piring, pelepah pinang yang baru jatuh sekitar satu-dua hari diambil, lalu dicuci dengan sabun pencuci piring yang aman untuk bahan makanan, dijemur selama kurang lebih 3 – 4 jam.
Setelah pelepah kering, piring dicetak dengan alat mesin molding hot press dengan suhu 120 derajat celcius. Satu menit kemudian, piring sudah siap digunakan.
Dalam proses pembuatannya, perajin tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Piringnya pun lebih kokoh daripada piring kertas, karena pelepah pinang memang tebal dan berlapis lilin. Pengeringannya mengandalkan sinar matahari.
“Piring ini juga tahan lama. Jika sudah dijemur hingga benar-benar kering, ia tidak akan berjamur sama sekali, meski disimpan di dalam lemari tertutup. Jika sudah selesai digunakan, piring bisa dibuang seperti membuang daun pisang. Dia akan terurai di alam tanpa merusak lingkungan,” kata Ayu.
2. Bisa dipakai ulang
Konsep piring ini memang bukan satu kali pakai. Artinya, konsumen bisa menggunakannya berulang hingga maksimal 8 kali. Karena itu, piring pelepah pinang bisa menggeser posisi styrofoam.
“Namun, hal ini juga tergantung pada proses pencucian. Kalau piring direndam, kemungkinan besar serat piring akan melunak, karena air masuk ke celah-celah piring, sehingga ia tidak lagi kokoh. Lebih baik dibasuh menggunakan air, tanpa direndam dahulu. Juga tidak perlu digosok terlalu keras dengan sabun,” kata Ayu, memberikan tip mencuci.
Tidak hanya bisa digunakan untuk makanan yang kering, misalnya gorengan, kekuatan piring pelepah pinang juga serupa dengan styrofoam, yaitu bisa untuk menyajikan makanan berkuah yang panas, seperti bakso. Karena kokoh, piring atau mangkuk pelepah tidak akan mudah sobek.
ELS, pencipta lagu dan penyanyi internasional yang berusia 13 tahun, berpendapat, bahwa piring pelepah pinang ini sangat menarik.
“Karena tahan air dan tahan panas, juga lebih ramah lingkungan dibandingkan styrofoam dan plastik, pasti piring ini membawa manfaat yang baik bagi lingkungan hidup,” kata ELS, yang juga menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan tidak lagi memakai tas plastik.
3. Harga terjangkau