Dalam catatan penelitian pada April, analis di China Securities mengatakan, meningkatnya permintaan senjata dan amunisi karena perang dan ketegangan geopolitik kemungkinan akan memperketat kontrol dan penimbunan bijih antimon.
Perpetua Resources, yang tengah membangun proyek antimon dan emas AS dengan dukungan dari Pentagon dan Bank Ekspor-Impor AS, awalnya berencana untuk memulai produksi pada tahun 2028, jika memperoleh izin.
Namun, langkah yang dilakukan Pemerintah China ini membuat perusahaan tersebut tengah mempelajari cara-cara untuk memproduksi antimon lebih cepat.
"Kami sedang mencari cara-cara yang dapat kami lakukan selama konstruksi untuk mengeluarkan antimon lebih cepat untuk beberapa kebutuhan strategis ini," kata CEO Perpetua, Jon Cherry.
Meskipun China merupakan pemasok antimon olahan terbesar, negara itu juga merupakan pengimpor konsentrat dan bergantung pada bijih dari negara-negara seperti Thailand, Myanmar, dan Rusia, menurut data bea cukai.
(*)