Namun jawaban itu tidak membuat puas Adil hingga akhirnya kembali mencecar soal kemiskinan.
"Kami daerah miskin, kalau kami daerah kaya kami biarkan saja. Mau diambil Rp 10 triliun pun nggak apa-apa. Kami daerah miskin, daerah ekstrem. Jadi kalau daerah miskin ada minyak, bapak ibu ambil uang entah dibawa ke mana, pemerataan-pemerataan ke mana?," tanya Adil kepada Lucky.
Adil lalu menyinggung soal target Presiden untuk menuntaskan masalah kemiskinan.
Namun hal itu dinilai tak akan tercapai jika Meranti tidak mendapatkan DBH yang akan digunakan untuk mensejahterakan nelayan, petani dan buruh.
Selain itu, Adil juga menyinggung banyak masyarakat Meranti menganggur akibat pandemi Covid-19, salah satunya karena masyarakat tidak bisa bekerja ke luar negeri.
"Pertanyaannya minyaknya banyak, dapat besar kok malah duitnya berkurang. Ini kenapa, apakah uang saya dibagi seluruh Indonesia? Makanya maksud saya kalau bapak tidak mau ngurus kami, pusat tidak mau ngurus Meranti, kasihkan kami ke negeri sebelah," kata Adil.
"Kan saya ngomong, atau bapak tak paham juga omongan saya? Apa perlu Meranti angkat senjata, tak mungkin kan. Ini menyangkut masyarakat Meranti yang miskin ekstrem pak. Tadi kalau ngomong begini-begini dibagi rata itu salah pak, dibagi rata ke mana?," imbuhnya.
Lucky dan mediator pun sempat meminta Adil menahan diri dan bertemu langsung dengan perwakilan Kementerian setelah rakornas selesai.