POJOKNEGERI.COM - “False flag” atau dikenal sebagai “operasi bendera palsu” adalah salah satu taktik yang sangat lama digunakan (klasik).
Sudah kerap digunakan dari masa ke masa dalam upaya operasi militer atau operasi penggulingan. Inti dari operasi bendera palsu ini adalah bagaimana menciptkan “kambing hitam” yang tak lain untuk menyelamatkan pihak yang menggunakan operasi tersebut.
Skenario ini juga yang sepertinya digunakan oleh Anies Baswedan dalam konstestasi pilpres mendatang, termasuk di saat dirinya menjabat sebagai Gubernur.
Ketika pemenangan Pilkada DKI Jakarta, tim Anies juga menggunakan operasi ini. Siapa kambing hitamnya, tak lain adalah pesaingnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang ketika itu dengan memanfaatkan politik identitas karena Ahok dianggap melecehkan Islam.
Operasi ini berlangsung hingga Anies menjabat Gubernur Jakarta. Semua pihak yang mengkritisi segala kebijakan Anies justru diserang balik oleh pernyataannya sendiri, sehingga mengopinikan bahwa posisi Anies sedang “dikeroyok” atau tidak ada yang mendukung kebijakannya. Sehingga terkesan Anies “dizalimi.”
Di lain sisi, operasi klaim keberhasilan program dibombastis sedemikian rupa, meski secara akal sehat mungkin sebagian orang tahu bahwa keberhasilan itu sifatnya jangka pendek atau hanya sebagai objek membangun imej positif, setelah itu hilang.
Atau sebenarnya hanya meneruskan program gubernur sebelumnya. Yang menarik adalah ketika program yang berhasil oleh gubernurnya berhasil, justru “diacak-acak” dengan alasan program tersebut gagal, padahal berhasil.