POJOKNEGERI.COM - Di tengah proses penyesuaian diri akibat pandemi Covid-19, ternyata ada kabar baik dari sektor keuangan Indonesia.
Ya, utang luar negeri (ULN) atau utang valas Indonesia terus mengalami tren penurunan.
Ini menjadi salah satu kabar baik di tengah kebangkitan masyarakat Indonesia menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi Covid-19.
Terkait dengan ULN Indonesia, pada Agustus 2022 tercatat US$ 397,4 miliar, turun dibandingkan dengan posisi sebelumnya sebesar US$ 400,2 miliar.
Salah satu penyebab penurunan tersebut adalah pembayaran yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo / Jokowi atas utang pemerintah yang jatuh tempo.
Dikutip dari data Bank Indonesia (BI) melalui CNBC Indonesia, Selasa (18/10/2022), posisi ULN Agustus 2022 mengalami kontraksi sebesar 6,5 persen (year-on-year/yoy).
Posisi ini lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada bulan sebelumnya yang sebesar 4,1 persen (yoy).
Dalam penjelasan BI, semakin kecilnya ULN pemerintah disebabkan pelunasan pinjaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan penarikan dalam mendukung pembiayaan program dan proyek prioritas.
Sementara itu, instrumen Surat Berharga Negara (SBN) secara neto mengalami kenaikan posisi.
"Seiring dengan peningkatan inflow pada SBN domestik yang mencerminkan kepercayaan investor asing yang tetap terjaga di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," kata Direktur Departemen Komunikasi Junanto Herdiawan dalam siaran pers.
Di sisi lain, BI mengungkapkan ULN swasta juga melanjutkan tren penurunan. Posisi ULN swasta pada Agustus 2022 tercatat sebesar US$ 204,1 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 206,1 miliar.
Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 2,0 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,2 persen (yoy).
Perkembangan tersebut disebabkan oleh kontraksi ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) masing-masing sebesar 3,6 persen (yoy) dan 1,6 persen (yoy) antara lain karena pembayaran neto utang dagang dan kewajiban lainnya.
Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor industri pengolahan dengan pangsa mencapai 77,5 persen dari total ULN swasta.
Junanto mengatakan ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,1 persen terhadap total ULN swasta.
"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya."
Sementara itu, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 30,4 persen, menurun dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30,7 persen.
Selain itu, lanjutnya, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,1 persen dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Junanto menegasan BI dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. "
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian," pungkas Junanto.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)