"Bahkan dari 7 proyek yang dilampirkan pada website terkini, 6 di antara proyek itu semuanya terkait bidang IT. Maka sangat jelas kalau PT Bertiga Mitra Solusi ini sesungguhnya adalah perusahaan di bidang IT. Ketika ia terlihat justru ikut pada proyek yang sesungguhnya bukan keahlian atau fokus utama perusahaannya, maka memang perlu dipertanyakan," tuturnya dikutip dari Detikcom.
"Saya kira proses tender yang baik juga harus memperhitungkan kualifikasi perusahaan. Kan nggak lucu, perusahaan IT malah nyangkut di gorden? Ketika pemenang tender gorden justru adalah perusahaan yang bergerak di dunia IT maka mungkin saja ada yang tidak beres dalam proses seleksi," sambung Lucius.
Lucius curiga dugaan adanya 'permainan' di balik menangnya PT Bertiga Mitra Solusi karena perusahaan IT yang justru memenangi proyek gorden.
Dia mengingatkan bahwa dana yang dianggarkan untuk proyek gorden itu tidak main-main.
"Mungkin saja ada semacam kongkalingkong antara penyelenggara tender dan perusahaan pemenang tender. Sehingga sekalipun profil perusahaan di bidang IT justru terpilih sebagai pengerja proyek gorden. Saya kira mempertanyakan kualifikasi perusahaan pemenang tender gorden ini jadi penting karena anggaran yang akan dikelola bukan uang remeh," jelasnya.
"Ketidakcermatan menentukan perusahaan pemenang tender bisa jadi salah satu penjelasan soal dugaan tak seriusnya pengadaan gorden ini. Tentu saja amat disayangkan jika uang Rp 45-an miliar itu hanya menghasilkan gorden yang asal-asalan," katanya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)