"Dia termasuk orang yang meneliti manuskrip Salasilah Kutai," imbuhnya.
Di dalam riset Solco Walle Tromp tersebut, ia menulis beberapa tradisi lisan penduduk setempat yang menamakan kawasan Kutai sebelum menjadi kerjaan bernama Nusentara.
Teks asli versi Solco Walle Tromp juga bisa dilihat dalam bukunya yang berjudul ππͺπ΅ π₯π¦ ππ’ππ’π΄πͺππ’ π·π’π― ππ°π¦π΅π¦πͺ adalah βNoesΓ«ntaraβ.
Tak hanya Solco Walle Tromp, Muhammad Sarip juga mengatakan ada ilmuwan lainnya, yakni SC Knappert yang juga memublikasikan penelitiannya tentang Kutai pada 1905.
Dalam karyanya yang berjudul βππ¦π΄π€π©π³πͺπ«π·πͺπ―π¨ ππ’π― ππ¦ ππ―π₯π¦π³π’π§π₯π¦π¦ππͺπ―π¨ ππ°π¦π΅π¦πͺβ Knappert menulis bahwa menurut cerita penduduk asli, dulu daerah Kutai disebut Nusantara.
"Jadi, dalam konteks apresiasi terhadap khazanah kearifan lokal dalam rencana pemindahan IKN, sebenarnya penamaan Nusantara cukup representatif bagi komunitas lokal Kaltim. Opini saya ini khusus terkait aspek sejarah atau historis, di luar konteks politik dan hukum yang bukan domain kompetensi saya," pungkas pria yang pernah menerima Sertifikat Kompetensi Bidang Sejarah dari Kemdikbud-BNSP ini.
(redaksi)