Namun, ada hal yang harus diperhatikan pula, jika di kawasan itu, masih kerap terjadi banjir. Maka, akan ada potensi ekonomi kerugiaan pada warga dan usaha di sekitar.
"Kalau kita hitungannya ekonomi murni, kan kita harus menghitung, itu kalau terendam air banjir, biaya perbaikannya begaimana? Belum lagi soal sanitasi, kesehatan, itu kan nilai semua, loss-nya. Kemudian toko orang berhenti usaha, berapa jam satu hari. Dihitung semua loss-nya," ucapnya.
"Kalau menurut saya sih ketemu saja, carikan jalannya. Atau pindah ke yang lain. Jadi yang penting itu komunikasi. Keduanya sama-sama ada manfaatnya. Dan sama saja, ada juga kekurangannya. Jadi tak bisa kita bilang, ah itu kan uang kecil saja bagi Pemprov. Ya, tapi, kalau lahan Pemprov nganggur kan jadi beban saja.
Cody pun menyarankan bahwa perlu ada pertemuan antara Pemkot dan Pemprov membahas soal agenda tersebut.
"Jadi Pemkot bicara dengan Pemprov. Ini mau kita jadikan begini, begini, begini. Ya diajukan lengkap, dengan perencanaan, ada gambar, ada apa. Kalau perlu, Pemprov bisa berikan bantuan keuangan untuk bangun (polder). Saya kira Pemprov juga berkepentingan, Samarinda sebagai ibukota untuk memiliki landmark. Saya kira ini tidaklah sesulit itu, untuk dijadikan polemik," ucapnya.
Meski demikian,ia amini bahwa untuk jangka panjang, resapan air adalah penting.
"Resapan air atau polder akan sangat bermanfaat untuk jangka panjang," ucapnya.
(redaksi)