Gus Yahya berhasil mendapatkan perolehan suara 337 mengalahkan KH Said Aqil Siroj dengan jumlah suara 210.
Gus Yahya secara tegas menyatakan maju menjadi calon Ketum PBNU dengan berniat melamar pekerjaan menjadi pemimpin NU, bukan karena diminta.
"Saya nyalon ketua umum untuk menjadikan NU sebagai model peradaban di masa depan. Bukan karena, jika saya jadi ketua umum NU bisa nyalon presiden, nyalon wakil presiden. Itu saya tidak mau," ujar Gus Yahya, Selasa (21/12/2021) dikutip dari sindonews.com.
Dilansir dari sindonews.com, Gus Yahya diketahui selain ulama, ayahnya juga dikenal sebagai sosiolog dan politikus pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kakeknya juga seorang tokoh besar NU, KH Bisri Mustofa, penyusun Kitab Tafsir Al Ibris.
Meskipun Gus Yahya lahir dan besar di kalangan pesantren, namun orang tuanya memilih untuk mengirim Gus Yahya untuk mondok di Madrasah Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta.
Di Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum.
Selepas dari pondok, Gus Yahya melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIP UGM).
Selama masa kuliah, Gus Yahya aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta.
Kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu sempat bermukim selama setahun di Mekkah, Arab Saudi untuk mengaji.
Dekat dengan Presiden Gus Dur