Sementara itu, saat HUT ke-50 PDI-P, Megawati menceritakan bahwa dirinya mendapatkan julukan “Ratu Preman” ketika awal memimpin PDI.
Julukan "Ratu Preman" tersebut diketahui Megawati dari aparat keamanan yang mengawalnya.
Dia mencuri dengar percakapan aparat yang berkomunikasi melalui handy talkie (HT) saat hendak berangkat dari rumah menuju kantor.
Dalam percakapan itu, mereka menyinggung soal "semut-semut merah", julukan yang ternyata disematkan untuk kader-kader PDI.
Tak hanya itu, aparat juga menyinggung soal "Ratu Preman", predikat yang ternyata disematkan untuk Megawati.
Megawati penasaran dan bertanya ke pengawalnya, siapa yang dimaksud dengan Ratu Preman.
Mengetahui hal itu, Megawati mengaku tak mempersoalkan.
Sebab, menurut dia, anak buahnya di PDI-P memang banyak yang preman.
Masih di acara penutupan Rakernas V PDIP, Megawati Soekarnoputri sempat menyindir dengan minta dibuatkan lagu berjudul “Poco-Poco Kepemimpinan”.
Sebab, menurut Megawati, kepemimpinan di Indonesia dinilai maju dan mundur seperti tarian saat lagu “Poco-Poco” dinyanyikan.
“Ini kan yang saya gambarkan sebagai tarian 'Poco-Poco'. Tariannya tuh bagus lho, saya suka nari 'Poco-Poco', kompak dan berirama. Namun, kalau dalam politik jadi aneh arah bangsa nanti udah maju, lain visi misi mundur gitu. Siapa yang rugi? Bangsa sendiri,” ungkapnya.
Dia lantas memberi contoh maju mundurnya kepemimpinan lewat peristiwa tahun 1965, berubahnya status Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjadi Daerah Khusus Jakarta, dan Pemilhan Presiden 2024.
karena itu, Megawati sempat menyindir dengan minta dibuatkan lagu “Poco-Poco Kepemimpinan” oleh salah satu kader PDI-P yang juga diva Tanah Air, Krisdayanti.
Sebelumnya, Megawati mengungkapkan keperihatinannya atas pemerintahan.
Sebab, dinilai tidak memiliki kesinambungan lantaran tidak adanya pola pembangunan jangka panjang.