
POJOKNEGERI.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus memantapkan arah pembangunan kota dengan pendekatan modern dan berkelanjutan.
Melalui rapat pemaparan hasil konsep Integrated City Planning (ICP) yang digelar pada Senin (3/11/2025), Pemkot menegaskan komitmennya untuk menciptakan tata ruang kota yang terintegrasi dengan kawasan strategis, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian (Bapperida) Kota Samarinda, Ananta Fathurrozi, menjelaskan bahwa konsep ICP merupakan grand design pembangunan kota yang akan menjadi panduan jangka panjang bagi seluruh sektor di Samarinda.
“Pemerintah saat ini tengah menyiapkan grand design atau desain besar Kota Samarinda untuk pembangunan berkelanjutan. Jadi, ini bukan sekadar rencana jangka pendek, melainkan arah pembangunan beberapa tahun ke depan,” jelas Ananta.
Menurutnya, perencanaan tersebut juga disusun agar selaras dengan program nasional yang dikembangkan Bappenas, khususnya dalam mendukung keberadaan IKN sebagai pusat pemerintahan baru.
Perencanaan Pemkot tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari jaringan pembangunan kawasan metropolitan yang saling terhubung.
“Konsep ini sambung-menyambung dengan Bappenas, terutama terkait IKN. Karena itu, kami memfokuskan perencanaan di tiga kawasan utama, khususnya di sekitar pelabuhan,” ujarnya.
Ananta menyebut ada tiga titik penting yang menjadi fokus pengembangan, yakni Pelabuhan Kempekong, Pelabuhan Pelindo, dan kawasan navigasi Sungai Karang Mumus.
Ketiganya akan menjadi simpul utama dalam desain tata kota terpadu yang menggabungkan aspek transportasi, perdagangan, dan lingkungan.
“Di pelabuhan itu sudah disiapkan desain penataan kawasan, termasuk rencana lahan, pelabuhan, dan sistem navigasi di sepanjang Sungai Karang Mumus. Tiga titik itu saling berdekatan dan akan menjadi pusat aktivitas ekonomi baru,” tuturnya.
Ia menambahkan, Wali Kota Andi Harun telah memberikan dukungan penuh terhadap konsep tersebut.
Namun, rencana ini masih dalam tahap pematangan sebelum masuk ke penyusunan desain detail dan kajian teknis lanjutan.
“Pada prinsipnya Pak Wali setuju. Saat ini baru menyiapkan konsep umumnya, nanti akan dilanjutkan dengan desain detail. Pemkot juga akan mendukung dari sisi koordinasi dengan Pelindo, pembebasan lahan, dan penyiapan infrastruktur pendukung,” jelasnya.
Salah satu hal menarik dalam rencana ICP adalah upaya menghubungkan berbagai kawasan kota secara fungsional dan visual.
Salah satunya melalui pembangunan pintu air yang tidak hanya berfungsi teknis, tetapi juga memiliki nilai estetika.
“Nanti pintu air ini kemungkinan akan didesain dengan bentuk bangunan yang eye catching. Jadi selain berfungsi sebagai pengendali banjir, bangunan itu juga bisa menjadi ikon kota,” ungkapnya.
Rencana pintu air tersebut juga akan dihubungkan dengan kawasan Chinatown yang sudah lebih dulu masuk dalam peta pengembangan kota.
Dengan begitu, setiap elemen infrastruktur akan saling melengkapi dan memperkuat identitas Samarinda sebagai kota sungai yang modern.
“Yang kita siapkan sekarang akan disesuaikan dengan perencanaan mereka, jadi semua desain kota ini akan saling terhubung. Tujuannya agar setiap pembangunan di Samarinda tidak berjalan sendiri-sendiri, tapi selaras,” imbuh Ananta.
Meski arah pembangunan sudah jelas, ia mengakui keberhasilan konsep ICP sangat bergantung pada koordinasi antarinstansi dan kecepatan pengambilan keputusan.
“Estimasi waktu penyelesaian tentu bergantung pada proses koordinasi dengan Pelindo dan pihak lain. Sekarang mereka masih dalam tahap menentukan lokasi yang paling tepat. Begitu sudah pasti, proses desain dan pelaksanaan bisa segera dimulai,” ujarnya.
Ananta menegaskan, Pemkot tidak ingin tergesa-gesa, tetapi memastikan setiap langkah pembangunan dilakukan berdasarkan kajian matang.
“Kami tidak ingin asal cepat, tapi harus tepat. Kalau nanti lahan sudah pasti dan desainnya sesuai, maka pelaksanaan akan lebih mudah. Kita juga menyesuaikan dengan arah perencanaan nasional agar pembangunan di Samarinda berjalan seimbang dengan IKN,” katanya.
Melalui Integrated City Planning, Pemkot Samarinda ingin menjawab tantangan urbanisasi, bencana, dan pertumbuhan ekonomi dengan solusi yang terencana dan terintegrasi.
Kawasan pelabuhan dan tepian sungai tidak hanya difungsikan sebagai infrastruktur transportasi, tetapi juga sebagai ruang publik dan pusat kegiatan ekonomi masyarakat.
“Kita ingin Samarinda menjadi kota yang modern tapi tetap menjaga identitasnya sebagai kota sungai. Karena itu, perencanaan ini tidak hanya bicara beton dan jalan, tapi juga tentang ruang hidup yang nyaman dan berkelanjutan,” pungkasnya. (*)

