Aksi politisasi oknum caleg Partai Golkar itu dinilai Nhazar sebagai bagian untuk menghimpun simpatisan warga. Khususnya mereka yang memiliki SHM.
“Karena kami duga ini bagian dari kepentingan untuk melakukan politisasi karena mengingat ini juga tahun politik dan dimanfaatkan untuk kepentingan elektoral,” tegasnya.
Dipaparkannya, kalau pembenahan wajah Pasar Pagi Samarinda memang harus dilakukan pemerintah daerah. Sebab mengingat posisi Pasar Pagi sebagai urat nadi perekonomian Kota Tepian. Oleh sebab itu, Nhazar sangat menyayangkan dengan adanya politisasi oknum caleg yang hanya bertujuan mencari simpatisan warga.
“Polemik penolakan (revitalisasi) tentu mengganggu jalannya pengerjaan revitalisasi yang telah dianggarkan pemerintah. Jika revitalisasi ini terhambar, maka itu akan berdampak kepada nasib 2852 pedagang pasar yang sementara direlokasi pemerintah,” tekannya.
Sebab pada rencananya, Pemkot Samarinda telah menyiapkan anggaran Rp 280 miliar dengan tenggat waktu revitalisasi Pasar Pagi selama 11 bulan.
“Kita mendukung penuh rencana pemkot ini. Siapa sih yang engga pengen daerahnya punya fasilitas yang bagus dan nyaman. Apalagi Pasar Pagi ini salah satu landmark Samarinda. Jadi jangan sampai ada oknum-oknum yang melakukan provokasi, terkait masalah pembelian tanah. Biarkan masyarakat (48 pemilik SHM) itu melakukan negosiasi kepada pemerintah,” tegasnya.