Pada tahun 1975, Riady pun memimpin Bank Central Asia (BCA) atas tawaran Liem Sioe Liong, pendiri Grup Salim. Dan pada saat kepergiannya dari sana pada 1990, aset BCA bernilai lebih dari Rp 7,5 triliun, dengan laba bersih tahunan Rp 53 miliar. Jumlah tersebut melonjak tiga kali lipat sejak pertama kali ia masuk BCA.
Dan pada 1992, dengan bantuan Liem, ia membentuk Lippo Bank bersama dengan Hasjim Ning. Dalam krisis keuangan tahun 1997, ketika puluhan bank lain bangkrut, Lippo Bank tidak hanya mampu bertahan tetapi juga berhasil berkembang.
Dari keberhasilannya itu, Riady pun mendirikan Lippo Group, sebuah kelompok bisnis yang tidak hanya mencakup banyak layanan keuangan tetapi juga telah melakukan diversifikasi ke properti, infrastruktur, pendidikan dan pengembangan perkotaan.
Lippo Group pun tumbuh secara eksponensial menjadi kerajaan bisnis yang luas, dengan operasi di berbagai negara. Lippo bahkan menjadi salah satu bisnis paling disegani di Asia Pasifik. Salah satu bagiannya yaitu Lippo Karawaci, yang terkenal di Indonesia sebagai sebuah kota mandiri yang terdiri dari perumahan, distrik komersial, universitas dan rumah sakit.
(redaksi)