Diakuinya, proses penetapan WBTB itu memiliki kelemahan pada literasi. Mencari tulisan mengenai kebudayaan di Kaltim tergolong masih sulit ditemukan.
Oleh sebab itu, pihaknya juga sempat mengadakan program penulisan dan pengkajian.
"Jika literasinya sudah ada, maka harus cari video dan foto-foto," sambungnya.
Yekti menambahkan, jika sertifikat berhasil didapatkan, tentu tak berhenti sampai di situ. Perlu pengembangan dan pemanfaatan budaya agar budaya yang bersangkutan bisa tetap eksis dengan generasi-generasi selanjutnya.
“Jadi memang perlu sebuah penggarapan kembali. Ada penggarapan ulang. Itu sudah dilakukan UPTD Taman Budaya untuk beberapa karya. Kami kolaborasi,” tutupnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(advertorial)