Akhirnya isu beralih ke pihak di luar Sandi yang ikut memberikan pinjaman, yang berujung pada persoalan pidana, karena dianggap melanggar ketentuan peraturan terkait dana kampanye.
Di lain sisi, para pro Anies, memanfaatkan momentum ini untuk menguatkan skenario “playing victim” yang selama ini dipakai. Mumpung ada objek yang dikeluarkan pihak lain.
Karena sebelum-sebelumnya, serangan demi serangan yang ditujukan kepada Anies itu murni buatan para buzzernya alias timnya sendiri, karena Anies yang tidak menjabat lagi sebagai Gubernur Jakarta harus terus menjadi perbincangan.
Sementara Ganjar lebih memilih sikap soft. Dia memilih menyuarakan program ketimbang bermain isu politik. Dengan harapan elektabilitasnya terus naik. Meski sampai sekarang masih terganjal di internal PDIP yang belum mengumumkan bakal capres yang diusungnya.
Ganjar dan Anies berpotensi menjadi “tumbal politik” dalam kasus Pilpres 2024.
Keduanya bisa jadi justru tidak diusung, karena bandar menginginkan kandidat lain, atau sedang bernegosiasi terkait “kepentingan yang lebih besar” namun belum mencapai kata sepakat. Kita lihat saja nanti, “kepentingan besar” apa yang muncul nanti.
Ditulis oleh Sonny Majid, Pembelajar dari Lingkar Kaji Isu-Isu Strategis
(redaksi)