AS telah memberikan sanksi kepada sekitar 20 perusahaan Turki sejak tahun lalu karena diduga memasok barang-barang tersebut kepada mitra Rusia yang terkait dengan industri pertahanan negara itu.
Di sisi lain, Turki juga terus mengekspor sistem senjata ke Ukraina, termasuk drone dan senjata ringan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov baru-baru ini mengungkapkan kekhawatiran atas senjata-senjata ini, yang menurutnya digunakan untuk membunuh personel militer dan warga sipil Rusia.
"Situasi ini menimbulkan keheranan, mengingat pernyataan pemerintah Turki yang siap menjadi mediator," ujar Lavrov dalam wawancara dengan surat kabar Hurriyet.
Erdogan dan Putin telah bertemu beberapa kali sejak Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina pada Februari 2022. Dalam langkah yang mengejutkan, Turki secara resmi mengajukan aplikasi menjadi anggota penuh BRICS pada September, menjadikannya negara NATO pertama yang melakukannya.
Lavrov menyatakan dukungan Rusia terhadap aplikasi Turki tersebut dan menegaskan pentingnya kerja sama antara BRICS dan negara-negara yang berfokus pada penguatan prinsip-prinsip multilateral serta kebijakan luar negeri yang independen.
(*)