POJOKNEGERI.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan tekadnya untuk meningkatkan aliran perdagangan antara Turki dan Rusia setelah percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu (24/11/2024).
Dalam pernyataan resmi dari kantor Erdogan, disebutkan bahwa pembicaraan tersebut mencakup hubungan bilateral, serta isu-isu regional dan global.
"Kami bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Turki dan Rusia di berbagai bidang, terutama dengan meningkatkan volume perdagangan," ujar Erdogan, seperti tertulis dalam pernyataan tersebut, dilansir RT.
Kremlin juga mengeluarkan pernyataan serupa, menyoroti pembahasan mengenai sejumlah isu internasional dengan penekanan pada efektivitas kerja sama perdagangan dan ekonomi.
Meskipun Turki adalah anggota NATO dan bercita-cita menjadi anggota Uni Eropa, Erdogan telah mengadopsi kebijakan netralitas dalam konflik Ukraina.
Turki sebelumnya menjadi tuan rumah pembicaraan damai pada 2022, memprakarsai Inisiatif Gandum Laut Hitam, dan menolak tekanan AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Turki saat ini merupakan pembeli terbesar ketiga minyak mentah Rusia dan Rusia adalah mitra impor terpenting bagi Turki, menurut data dari Bank Dunia.
Meski demikian, Turki dilaporkan memenuhi beberapa tuntutan AS, seperti memblokir ekspor barang "dual-use" (barang yang memiliki aplikasi sipil dan militer) ke Rusia dalam beberapa bulan terakhir.
AS telah memberikan sanksi kepada sekitar 20 perusahaan Turki sejak tahun lalu karena diduga memasok barang-barang tersebut kepada mitra Rusia yang terkait dengan industri pertahanan negara itu.
Di sisi lain, Turki juga terus mengekspor sistem senjata ke Ukraina, termasuk drone dan senjata ringan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov baru-baru ini mengungkapkan kekhawatiran atas senjata-senjata ini, yang menurutnya digunakan untuk membunuh personel militer dan warga sipil Rusia.
"Situasi ini menimbulkan keheranan, mengingat pernyataan pemerintah Turki yang siap menjadi mediator," ujar Lavrov dalam wawancara dengan surat kabar Hurriyet.
Erdogan dan Putin telah bertemu beberapa kali sejak Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina pada Februari 2022. Dalam langkah yang mengejutkan, Turki secara resmi mengajukan aplikasi menjadi anggota penuh BRICS pada September, menjadikannya negara NATO pertama yang melakukannya.
Lavrov menyatakan dukungan Rusia terhadap aplikasi Turki tersebut dan menegaskan pentingnya kerja sama antara BRICS dan negara-negara yang berfokus pada penguatan prinsip-prinsip multilateral serta kebijakan luar negeri yang independen.
(*)