Kedua, Monsun Asia dan aliran lintas ekuator. Ketiga, perlambatan angin dan belokan angin di sekitar wilayah Indonesia.
Keempat, bibit siklon tropis 94S di Samudera Hindia sebelah barat daya Lampung dengan kecepatan angin maksimum 37 kilometer per jam dan tekanan udara minimum 1.005 milibar.
Kelima, bibit siklon tropis 90B yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Aceh dengan kecepatan angin maksimum 37 kilometer per jam dan tekanan udara minimum 1.006 milibar.
Potensi kedua bibit siklon tropis tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori rendah.
"Kondisi tersebut dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca signifikan dalam sepekan ke depan," ungkap Guswanto.
Hal itu berdampak kepada hujan lebat pada periode 28-30 Januari 2023 di sebagian wilayah Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara.
Fenomena El Nino merupakan kebalikan dari La Nina, yang membuat musim kemarau menjadi basah.
"Dengan adanya prediksi ini El Nino itu aliran massa udara basah dari Indonesia berbalik ke Samudera Pasifik. Jadi yang Indonesia menjadi kering karena aliran massa udara ini bergerak ke Samudra Pasifik jadi ini lawan dari La Nina," katanya.
Musim kemarau kering disertai curah hujan rendah akan terjadi berbeda-beda di wilayah Indonesia.
Di wilayah Jawa Timur (Jatim), musim kemarau kering akan mulai terjadi pada bulan Mei dengan curah hujan rendah kurang dari 100 mm per bulan.
"Jatim merata pada bulan Mei. Ini curah hujan rendah kurang 100 mm per bulan," ucap Dwikorita.