Ia mengatakan juga bahwa Samarinda juga menghadapi tantangan banjir, terutama saat musim hujan. Andi Harun juga memaparkan beberapa strategi pengelolaan banjir, termasuk pembangunan sistem drainase, penahan banjir, dan kolam retensi.
"Kami berupaya memitigasi risiko banjir dan melindungi daerah rentan dengan strategi-strategi ini," ungkapnya.
Pengelolaan air yang efektif di Samarinda didukung oleh kerangka regulasi yang kuat, mencakup kebijakan, peraturan, dan mekanisme penegakan hukum.
"Kami memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas air dan praktik penggunaan air berkelanjutan," jelasnya.
Selain itu, Samarinda juga beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim dengan menggabungkan infrastruktur berketahanan iklim, menerapkan sistem peringatan dini terhadap banjir, dan mengintegrasikan pertimbangan perubahan iklim ke dalam proses perencanaan pengelolaan air.
"Kami bahkan mempertimbangkan moratorium aktivitas pertambangan batu bara yang dapat mempengaruhi sumber daya air," pungkasnya.
(tim redaksi)