2. Respon Cepat Terhadap Kelangkaan Air : Untuk mengatasi ketersediaan air bersih, Samarinda telah membangun beberapa water booster sebagai solusi jangka panjang dan memberikan pasokan air langsung kepada warga sebagai solusi jangka pendek.
Ia menjelaskan bahwa Samarinda mengandalkan tiga sumber air baku utama yaitu Sungai Mahakam, Sungai Karang Mumus, dan Waduk Benanga. Sungai Mahakam menjadi sumber utama dengan kapasitas sekitar 3.500.000 liter per detik. Namun, kualitas air baku menghadapi tantangan signifikan, terutama pada awal musim hujan dan musim kemarau.
"Pada awal musim, tingkat Oxygen Demand (DO) sangat rendah, tingkat keasaman air rendah, dan kandungan warna cukup tinggi. Hal ini memerlukan penambahan bahan kimia tambahan dan/atau pengurangan kapasitas produksi," paparnya.
Tantangan lainnya adalah intrusi air laut ke sungai-sungai di wilayah Samarinda selama musim kemarau, yang dapat menghentikan sementara produksi di instalasi pengolahan air jika kadar klorida melebihi 250 ppm.
"Untuk mengatasi masalah ini, Samarinda menggunakan tiga bahan kimia utama dalam pengolahan air baku: Aluminium Sulfate sebagai koagulan, Soda Ash Dense sebagai penetral pH, dan Klorin sebagai disinfektan,"ujarnya.
Ia mengungkapkan proses pengolahan air di Water Treatment Plant (WTP) Samarinda mencakup beberapa tahap penting dengan lakukan pengambilan air baku, penambahan bahan kimia koagulan, pengadukan cepat dan lambat, sedimentasi, filtrasi, penambahan netralisasi pH, penyimpanan, penambahan desiccant, distribusi air, dan peningkatan tekanan hingga sampai ke masyarakat.
Selain tantangan kualitas air baku, Samarinda juga menghadapi beberapa tantangan lain dalam penyediaan air bersih:
1. Perubahan Kualitas Air Baku : Kualitas air baku dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu, memerlukan penanganan yang cermat.
2. Kebutuhan Bahan Kimia Tambahan Proses pengolahan air memerlukan tambahan bahan kimia yang cukup besar.
3. Tingkat Sedimentasi Tinggi : Sungai di Samarinda memiliki tingkat sedimentasi yang cukup tinggi, yang mempengaruhi kualitas air.
4. Biaya Listrik dan Pemeliharaan Pengolahan air memerlukan biaya listrik dan pemeliharaan yang cukup tinggi, mengingat kontur tanah Samarinda yang berbukit-bukit.