Harga komoditas melonjak drastis dan banyak negara tidak mampu menahan, karena keuangan yang terbatas. Sehingga krisis energi dan pangan tidak terelakkan.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 oleh IMF terkoreksi ke level 3,6% (IMF WEO, April 2022) akibat konflik geopolitik yang diprediksi akan membawa dampak berkepanjangan pada aktivitas perdagangan dunia," papar Sri Mulyani.
Inflasi yang kemudian melonjak akibat hal tersebut direspons dengan pengetatan moneter oleh beberapa negara.
Amerika Serikat (AS) adalah salah satunya, yang menaikan suku bunga acuan dengan amat agresif. Diikuti oleh negara di kawasan Eropa dan Amerika Selatan. Pasar keuangan global guncang, sehingga mengakibatkan capital outflow dan menghantam nilai tukar serta beban utang.
"Implementasi pengetatan kebijakan moneter, khususnya The Fed, yang lebih cepat juga akan mengakibatkan gejolak pasar keuangan global dan pada akhirnya mendorong peningkatan cost of fund di semua sektor," jelasnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)