POJOKNEGERI.COM - Krisis ekonomi saat ini terjadi di beberapa negara.
Indonesia diyakini juga harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk untuk krisis ekonomi.
Pada Selasa, (31/5/2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat Rapat Paripurna DPR untuk melanjutkan pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2023, sampaikan bahwa saat ini krisis sudah terjadi di berbagai penjuru dunia.
"Semua juga memahami bahwa krisis akibat pandemi, kemudian disusul oleh krisis geopolitik. Potensi dampaknya dapat menimbulkan krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan di berbagai belahan penjuru dunia. Krisis di atas krisis. Seluruh dunia sedang mengalami cobaan yang sungguh teramat berat," jelasnya.
Pandemi COVID-19 belum selesai sepenuhnya hingga saat ini.
Di masa pendemi itu pula, beberapa negara masih berjuang menghadapi virus yang muncul sejak 2019 tersebut. Belum lagi ada bekas luka yang ditimbulkan oleh pandemi covid, yang tentunya mudah untuk di atasi.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama meletus perang Rusia dan Ukraina.
Harga komoditas melonjak drastis dan banyak negara tidak mampu menahan, karena keuangan yang terbatas. Sehingga krisis energi dan pangan tidak terelakkan.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 oleh IMF terkoreksi ke level 3,6% (IMF WEO, April 2022) akibat konflik geopolitik yang diprediksi akan membawa dampak berkepanjangan pada aktivitas perdagangan dunia," papar Sri Mulyani.
Inflasi yang kemudian melonjak akibat hal tersebut direspons dengan pengetatan moneter oleh beberapa negara.
Amerika Serikat (AS) adalah salah satunya, yang menaikan suku bunga acuan dengan amat agresif. Diikuti oleh negara di kawasan Eropa dan Amerika Selatan. Pasar keuangan global guncang, sehingga mengakibatkan capital outflow dan menghantam nilai tukar serta beban utang.
"Implementasi pengetatan kebijakan moneter, khususnya The Fed, yang lebih cepat juga akan mengakibatkan gejolak pasar keuangan global dan pada akhirnya mendorong peningkatan cost of fund di semua sektor," jelasnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
(redaksi)