Jangan-jangan ke depan semuanya di nasionalisasi, hal ini membahayakan kepentingan politik dan bisnis oligarki.
Jika sebelumnya ada “gerakan” untuk menjauhkan Jokowi dengan Megawati, kini kok seperti terlihat settingan agar Prabowo “harus dikalahkan” dalam pilpres mendatang.
Bisa dilihat, bagaimana seteru beberapa politisi Golkar dan PKB terkait Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang rebutan sebagai cawapresnya Prabowo, dimana Golkar ingin mencoba memaketkan Prabowo-Airlangga Hartarto (Ketua Umum Partai Golkar), sementara PKB keukeh menyodorkan nama Gus Muhaimin sejak awal.
Skenario menyodorkan nama Airlangga diduga tak lain untuk menggembosi pendukung Islam Prabowo dengan harapan kondisi itu bisa menguntungkan Sandi dan Erick meraup pendukung Islam Prabowo.
Sebab jika Gus Muhaimin yang ternyata nantinya diambil sebagai cawapres Prabowo, maka klaim Nasionalis – Islam sudah lebih dulu diambil. Jika demikian adanya, maka cawapres Ganjar bisa dipastikan Sandiaga Uno, karena ada PPP di belakangnya, sebagai tujuan awal Sandiaga loncat ke PPP. Oleh karenanya, dugaan upaya menjegal Gus Muhaimin sebagai cawapres ikut terlihat.
Namun jika Prabowo pada akhirnya memilih Airlangga Hartarto, maka PKB bisa dipastikan hengkang dan merapat ke PDIP.
Alasan memilih Airlangga dengan mengangkat isu bahwa sejak dulu Partai Gerindra dan Golkar punya kesamaan (rekam histori).
Skenario lainnya adalah Partai Gerindra ditinggalkan full, karena tidak mencapai presidential threshold (20 persen), maka mau tidak mau Gerindra akan dipaksa merapat ke Koalisi Perubahan, sehingga bersepakat paketnya adalah Prabowo – Anies Baswedan dan posisi ini masih menguntungkan oligarki.
Prediksi pasangan capres-cawapres;
Prabowo – Gus Muhaimin versus Ganjar – Sandiaga Uno (jika dua paket).
Prabowo – Gus Muhaimin, Ganjar – Sandiaga Uno dan Anies – AHY (jika tiga paket).
Prabowo – Airlangga Hartarto, Ganjar – Sandiaga Uno dan Anies – AHY ( jika tiga paket).
Prabowo – Airlangga Hartarto Vs Ganjar – Sandiaga Uno (jika dua paket).
Prabowo – Airlangga Hartarto Vs Ganjar – Gus Muhaimin Iskandar (jika dua paket).
Prabowo – Airlangga Hartarto, Ganjar – Gus Muhaimin Iskandar dan Anies – AHY (jika tiga paket).
Nama-nama pasangan tersebut sebatas prediksi yang dilihat dari komposisi kepentingan partai politik yang berkoalisi.
Namun di luar nama-nama tersebut, figur lain yang sebenarnya bisa menjadi kandidat cawapres berdasarkan perkembangan situasi politik antara lain, dan nama-nama ini tidak bisa disepelekan.
Belajar dari kasus terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi melalui analisis politik kualitatif, dimana sosok Ma’ruf Amin elektabilitasnya secara kuantitatif rendah di lembaga-lembaga survei.
Antara lain:
Mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj.
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Menko Polhukam Mahfud MD.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Namun kembali lagi, para oligarki masih terus mengocok ulang kartu guna meloloskan kepentingan politik dan bisnis. (tim redaksi)