"Tidak ada peningkatan kejadian rawat inap atau kematian, dan tidak ada bukti bahwa peningkatan RNA virus yang terdeteksi adalah hasil dari resistensi SARS-CoV-2 terhadap Paxlovid," tambah laporan itu.
Meskipun kasus rebound Covid-19 jarang dilaporkan, beberapa ahli medis memperkirakan jumlah pasien yang mengalaminya lebih banyak daripada yang diperkirakan.
Dilansir Washington Post, Catherine Bennett, seorang profesor epidemiologi di Deakin University di Australia, mengatakan kasus rebound terjadi pada sekitar 10 persen orang yang telah menerima perawatan Paxlovid.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di Clinical Infectious Diseases, para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas California San Diego menemukan kasus rebound pada pengguna Paxlovid tampaknya disebabkan oleh paparan obat yang tidak mencukupi, yang berarti bahwa dosis yang lebih tinggi dibutuhkan, atau durasi pengobatan yang lebih juga dapat diperlukan.
Meski begitu, temuan ini masih menunggu penelitian lebih lanjut.
(redaksi)