Muhammad Riefqy Firdaus mengungkapkan bahwa belajar menari bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga niat dan kemauan yang kuat. Meskipun menghadapi tantangan, dia merasa tertantang untuk mengatasi gerakan yang sulit, karena di situlah letak kepuasannya.
"Pembelajaran setiap tarian membutuhkan waktu berbeda-beda, dengan perkiraan waktu penggarapan sekitar 1 bulan. Namun, ketika tarian sudah ada, prosesnya bisa lebih cepat, berkisar 2 hingga 3 minggu. Menariknya, selama proses tersebut, bukan hanya gerakan tarian yang dipelajari, tetapi juga pengolahan rasanya,"ucapnya.
Meskipun sudah lama berkecimpung dalam dunia tari, Muhammad Riefqy Firdaus mengakui bahwa rasa grogi tetap ada. Namun, kuncinya terletak pada bagaimana mengarahkan rasa grogi tersebut ke dalam penampilannya.
Prestasi Muhammad Riefqy Firdaus tidaklah sedikit. Dia meraih juara 1 dalam Festival Kudungga, Festival Mahakam (tari pesisir dan pendalaman), serta Kaltim Festival. Prestasinya bukan hanya sekadar kemenangan, tetapi juga bukti dedikasi dan kualitas dalam dunia seni tari.
Dengan perjalanan seni yang menginspirasi dan prestasi gemilangnya, Muhammad Riefqy Firdaus membuktikan bahwa ketertarikan, niat, dan dedikasi yang kuat dapat membuka pintu kesuksesan di dunia seni budaya.
(Tim redaksi)