POJOKNEGERI.COM - Sebagai pusat pemerintahan Kalimantan Timur, Samarinda mencatat jumlah insiden kekerasan terhadap wanita dan anak tertinggi di wilayah ini.
Data awal tahun 2024 dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda mengungkapkan 240 kasus yang terlapor.
Deni Hakim Anwar, Sekretaris Komisi IV DPRD Samarinda, menyoroti kurangnya inisiatif preventif sebagai penyebab lonjakan kasus.
“Fokus harus bergeser dari penindakan ke pencegahan,” ucap Deni.
Ia menekankan pentingnya sosialisasi yang efektif, termasuk penggunaan media sosial sebagai alat pencegahan.
Deni juga menggarisbawahi bahwa kasus yang terungkap hanyalah puncak gunung es.
Untuk mengatasi hal ini, ia mendorong penggunaan layanan digital untuk advokasi korban.
“Inovasi dalam pencegahan harus melibatkan berbagai entitas,” tambahnya, menyoroti kerja sama lintas sektor.
Deni juga menekankan peran vital edukasi keluarga dan pendidikan agama dalam membentuk landasan moral anak-anak.
Dengan upaya ini, diharapkan bisa membangun kesadaran dan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap wanita dan anak-anak di Samarinda. (adv)