Perjalanan kakao di Merasa diawali pada awal 2020, ketika para petani mulai menyadari bahwa tanaman itu bisa memberikan penghasilan tambahan. Petani di kampung Merasa adalah petani ladang dan beternak lebah madu. Sebelumnya warga Merasa menanam kakao tanpa mengetahui nilai jual, teknik perawatan, hingga peremajaannya. Tanaman kakao dibiarkan tumbuh liar dan tanpa proses pemupukan.
Pasar global sendiri mencatat permintaan kakao yang cenderung meningkat. Fortune Bisnis Inisght menyebutkan bahwa pasar cokelat dan kakao global bernilai USD 44,35 miliar pada 2019 dan diproyeksikan mencapai USD 61,34 miliar pada tahun 2027. Adapun di Kabupaten Berau sendiri, angka produksi kakao meningkat perlahan, mulai dari 600 kg/ha pada tahun 2018, kini—setelah dua tahun berselang—menjadi 750 kg/ha. Luasan kebunnya pun turut bertambah, hingga mencapai 3.200 hektare di 2021.
Harga jual kakao dari Berau juga mendapat respon baik dari pasar lokal. Harga biji kakao saat ini di kisaran Rp 22-26 ribu per kilogramnya. Apabila petani mau memfermentasi kakaonya, bisa mendapatkan pendapatan hingga Rp 35 ribu per kilogram. “Kami juga sudah berhubungan dengan koperasi di Bali yang siap menerima berapa pun kakao fermentasi yang dihasilkan dari Bali ini,” ujar Spesialis Pendampingan Komoditas YKAN Lukmansyah.