“Nanti kita buktikan, kalau memang saya berperilaku seburuk itu, maka nantinya akan ada satu TPS yang tidak ada warna lain selain presiden yang didugakan, atau minimal suaranya itu sangat dominan,” tegasnya lagi.
Untuk diketahui, menyeruaknya dugaan kecurangan tersebut bermula dari kotak suara berbalut plastik bening dibawa oleh beberapa orang ke kantor KPU Samarinda pada Rabu dini hari tadi. Tepatnya setelah pihak KPU Samarinda melakukan pemusnahan 3.605 surat suara. Rinciannya, surat suara Pilpres sebanyak 333, DPR RI 494, DPRD Kaltim 1.125, DPRD Kabupaten/Kota 1.568 dan DPD RI 85 surat suara.
Disebutkan, kalau kotak suara itu berisi surat suara yang sudah tercoblos untuk memenangkan salah satu pasangan capres cawapres tersebut. Menjawab hal itu, Firman sejatinya tak begitu menampik. Sebab pada waktu yang disebutkan, memang benar ada yang telah mengantar kotak sura berbalut plastik bening. Namun, di dalamnya tidak terdapat surat suara, alias kotak kosong.
“Kalau ada kotak suara ke kami itu memang ada, dan itu dari PPK dan PPS Samarinda Utara, tepatnya dari TPS Sempaja Selatan. Kenapa kotak suara itu ke kami? Karena sorenya (Selasa) ada kecelakaan, pada saat distribusi truk yang membawa itu (kotak suara) termundur, jatuh dan rusak ini (kotak suara). Kalau ini tidak diganti tentu akan menimbulkan persepsi yang macam-macam,” bebernya.
Dari kecelakaan itu, Firman menyebut salah satu kotak suara mengalami kerusakan. Tepatnya kotak suara untuk pengumpulan surat suara DPR RI untuk TPS Sempaja Selatan. Mengetahui adanya kerusakan tersebut, Firman dengan cepat melakukan koordinasi ke internal KPU Samarinda dan juga ke tingkat provinsi.
“Arahannya kami diminta melakukan koordinasi dengan Panwascam dan jajaran Bawaslu serta kepolisian. Untuk memindah isinya (surat suara) ke kotak yang baru dan dibawa dari gudang. Sedangkan kota yang rusak, kami tarik. Tadi malam sampainya, yang bawa PPK dan PPS (Sempaja Selatan) ngantar ke kantor. Itu setelah pemusnahan,” pungkasnya.
(tim redaksi)