Sementara itu, Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom untuk Asia Pasifik di Natixis menilai, Beijing ingin duduk bersama Trump sebelum ia memberlakukan lebih banyak pembatasan pada ekspor teknologi tinggi AS dan untuk mengamankan pembaruan Perjanjian Sains dan Teknologi AS-Tiongkok.
Perjanjian tersebut, yang memungkinkan kolaborasi ilmiah antara kedua negara, berakhir pada bulan Agustus dan negosiasi mengenai pembaruannya kemungkinan besar tidak akan selesai sebelum pelantikan Trump pada tanggal 20 Januari.
Sementara Huawei Tiongkok telah banyak berinvestasi dalam kemampuan pembuatan chip canggihnya.
Namun, Herrero menilai, kelayakan komersialnya masih belum jelas.
Hal ini akan memberi insentif kepada negosiator Tiongkok untuk duduk bersama rekan-rekan mereka di AS untuk mencapai kesepakatan yang menjamin pasokan chip buatan Amerika yang stabil.
(*)