Jadi, di wilayah tersebut banyak pepohonan tinggi yang banyak ditempati roh-roh.
Roh sendiri adalah pandangan lazim dalam masyarakat animisme.
Roh berbeda dengan dewa dan umumnya memiliki berbagai sifat seperti manusia, ada yang jahat, baik, atau netral.
Karenanya roh bisa hidup berdampingan dan saling berkomunikasi dengan manusia.
Namun, pandangan ini berubah ketika Syarif Abdurrahim menggusur pepohonan itu dan menjadikannya sebagai permukiman yang jadi cikal bakal Kota Pontianak.
Menurut Timo, sejak penggusuran itu dilaksanakan terjadilah perubahan sebutan terhadap roh tersebut menjadi Pontianak atau Kuntilanak yang merujuk pada penunggu pepohonan tinggi.
Ini juga yang membuat manusia modern mengidentikkan pohon besar, seperti beringin, sebagai tempat tinggal setan.
Lalu mengapa roh tersebut jadi berubah menjadi seram dan identik dengan wanita?
Jawaban atas hal ini dapat ditemukan dalam riset sejarawan Nadya Karima Melati berjudul "Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme" (2022).
Kepada CNBC Indonesia, Senin (20/2/2023), Nadya yang telah lebih dulu melakukan riset Kuntilanak sejak 2013 memaparkan jawaban menarik.
Menurut Nadya, pandangan seram itu terjadi karena kedatangan agama monoteisme.