Anies melanjutkan, “Pas mau bikin aspal, saking kita itu diblok sama semua, penjual-penjual aspal itu tidak mau menjual aspalnya.
Kita mau beli. Bukan minta sumbangan lho. Kita ini mau beli, yang punya itu tidak mau menjual. Semuanya bilang, mohon maaf, minta maaf sekali, kami tidak berani menjual. Nggak bisa jual.”
Anies menjelaskan bahwa aspal yang hendak dibeli tersebut bukan aspal polos, tetapi aspal yang sudah dicampur.
“Panjenengan sedoyo pasti tahu, semen yang dicampur, kalau untuk cor-coran itu kan sudah dicampur semen, pasir, batu. Nah ini aspal yang sudah dicampur begitu. Itu tidak mau dijual,” katanya.
Para insinyur yang mau mengerjakan proyek itu pun harus membuat sendiri, mulai mencari aspal, pasir, lem, dan batu kerikil.
“Semua cari sendiri-sendiri, terus diaduk sendiri untuk jadi aspal untuk dipasang. Lhah, itu lemnya saja harus (beli) ke Jerman karena ada spesifikasinya khusus karena ini aspal untuk balapan mobil, bukan aspal untuk jalan-jalan biasa,” kisah Anies.