Namun, hal tersebut sejatinya harus melewati proses mutasi atlet yang jelas dan sesuai peraturan yang berlaku.
“Artinya, contoh saat atlet luar mau ke Kaltim, dalam enam bulan sebelumnya itu sudah harus beres domisili dan lain-lainnya, itu ada dasar aturannya, dan tim mutasi atlet tahu, tim keabsahan tahu. Bahkan 10 KONI kabupaten kota juga tahu," jelasnya.
Protes itu dilayangkan, menurut Rahman adalah sebuah bentuk kepedulian terhadap atlet lokal.
Sebab pada ajang multievent empat tahunan ini seharusnya menjadi wadah pembinaan bagi atlet lokal untuk menghadapi ajang yang lebih besar.
Seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) maupun pertandingan di tingkat internasional.
“Ini salah satu bentuk kepedulian kita terhadap atlet lokal. Percuma kita bina kalau atlet lokal kita tidak dimainkan. Kemudian kalau yang digunakan adalah atlet luar, maka nanti tidak bisa dimainkan ke PON dan mewakili Kaltim. Itu kan sayang dan buang-buang anggaran saja, karena hanya untuk mengejar gengsi daerah,” tegasnya.