Potensi hutan mangrove untuk di lindungi sekitar 5.000 ha di kawasan tersebut. Adapun kawasan yang telah di lakukan retorasi pada tahun 2017 sekitar 100 ha. Namun disayangkan, kawasan yang sempat diretorasi telah banyak ditebang.
"Memang kita tidak memiliki program untuk menanam. Tetapi melakukan penanaman bibit buah yang diberikan tadi untuk dikawasan permukiman, agar menghilangkan kesan kampung nelayan itu kumuh. Tadi kita melakukan simbolis penanaman bibit mangrove itu, dengan harapan anggota DPRD, para lurah, dan lainnya memiliki kesadan akan pentingnya penghijauan," ucapnya.
BIOMA sendiri sedang melakukan uji coba di kawasan Muara Ulu, Muara Pegah, Muara Kembang. Perihal mengembangkan ekonomi masyarakat nelayan.
"Kebutuhan yang nyata untuk masyarkat ini kan fasilitas publik air, pangan, energi. Sedangkan disini kesusahan air sulit, pangan harus didatangkan kecuali ikan dan hasil tangkapannya, apalagi energi listrik tidak ada sama sekali," tuturnya.
Ia menceritakan, apabila kemarau nelayan di Muara Kembang kesulitan batu es. Para nelayan dapat membeli, namun jauh dan sangat mahal harganya.
"Kita bantu dengan perkembangan ekonomi, seperti warga tadi ada yang membuat kerupuk udang dan petis. Lalu kita dengan warga setempat membuat komitmen, 10% dari pendapatanya kita buat retorasi dengan nama kas hijau. Dana yang didapat akan kita buat untuk restorasi," rencananya.
Kemudian BIOMA berencana, akan membangun PLTS mini dengan daya 5 KWP (5000 watt). PLTS ini berfungsi untuk menopang kebutuhan para warga setempat.
"PLTS 5 KWP itu bisa untuk kulkas batu es yang berkapasitas 165 liter. Kemudian dapat membangkitkan air bersih isi ulang. Dari jual batu es dan air bersih isi ulang pengelolanya komitmen 10% untuk retorasi hutan mangrove," pungkasnya.
(adv/diskominfokaltim)