Perlunya hal itu dilakukan juga disambut Hairul Anwar, Dosen Unmul Samarinda.
Ia menekankan pada peribahasa, dengan mengibaratkan ada gula ada semut. IKN ia ibaratkan adalah gula yang akan mendatangkan semut di sekitar.
"Persoalannya, semut-semut itu datangnya dari mana-mana. Semut-semut Kaltim bisa nantinya bersaing dengan semut-semut asal Jakarta atau daerah lain. Kita harus bersiap," ujar Cody, demikian Hairul Anwar biasa disapa.
Cody juga mengibaratkan IKN dengan matahari.
"Matahari itu sumber kehidupan. Nah, jika matahari ini sudah dekat dengan kita (Kaltim), maka harusnya sumber kehidupan juga akan lebih hidup. Tetapi, jangan lupa, efek panas dari matahari juga akan dirasakan oleh pihak-pihak yang dekat dengan matahari. Jadi, IKN ini memiliki dua sisi, positif dan negatif," ujarnya.
Banyaknya massa yang akan datang ke Kaltim pun turut disebut ole Buyung Marajo, Ia mengingatkan bahwa dengan adanya IKN, perpindahan orang tak terelakkan terjadi.
"Misalnya satu PNS pindah ke Kaltim, dia bisa membawa suaminya, anak-anaknya atau bahkan keluarganya. Jadi sudah pasti itu membawa banyak massa yang akan berpindah dari ibu kota Jakarta ke Kaltim," katanya.
Kaltim yang dianggap masih santai-santai saja pun disorot. Dikhawatirkan, jika tak ada kejelasan mau seperti apa IKN bagi Kaltim nantinya, maka bisa saja warga lokal kembali akan jadi penonton.
Hal ini disuarakan oleh Abdurrahman Amin.
"Kalau kita melihat persiapan ke IKN, tentu saja harus melihat bagaimana postur anggaran APBD mendukung proses ke IKN itu? Apakah hal itu sudah terlihat jelas ada hal yang mengarah ke sana? Itu yang harus kita amati dari pengambil kebijakan di Kaltim," ucapnya.
Hal-hal berkaitan dengan kesiapan para pemimpin Kaltim ini lah yang kemudian disuarakan oleh Rudiansyah.