Bungkus ketupat yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda ini melambangkan identitas warga pesisir yang banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa.
Sebelum diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga dan dijadikan sebagai makanan pelambangan hari raya dalam budaya Islam di Nusantara, ketupat merupakan makanan tradisional yang dimakan oleh para petani apabila mereka telah selesai melakukan panen pada masa kerajaan Majapahit dan Padjadjaran.
Tujuan dari menjalankan tradisi makan ketupat ini adalah sebagai wujud terima kasih para petani kepada Dewi Sri yang dipercaya sebagai “Dewi Kemakmuran”, yang merupakan dewi tertinggi dan terpenting bagi negeri yang memiliki pemasukan utamanya berasal dari bidang pertanian pada saat itu.
Setelah masa kejayaan Majapahit dan Padjadjaran berakhir, ketupat barulah dibangkitkan kembali oleh Sunan Kalijaga yang diminta oleh warga pesisir untuk menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan ketupat sebagai medianya.
Setelah melakukan berbagai upaya untuk menyebarkan ajaran Islam menggunakan media ketupat hingga abad ke-16, akhirnya ajaran Islam yang dibawakan oleh Sunan Kalijaga ini berhasil diterima dengan baik oleh masyarakat yang kemudian menjadikan ketupat itu sendiri sebagai ikon hari raya umat Islam di Nusantara.
Makanan yang identik dengan perayaan hari raya Islam dan acara adat ini punya makna filosofis yang berasal dari nama ketupat itu sendiri.
Nama ketupat diambil dari bahasa Jawa yaitu “laku papat” yang artinya empat perilaku yang tercermin dari keempat sisi dari ketupat, yaitu lebaran, lubaran, leburan, dan laburan.
Selain berasal dari kata “laku papat”, beberapa pendapat juga mengungkapkan bahwa ketupat merupakan singkatan dari “ngaku lepat” yang memiliki arti mengaku salah atau memohonkan maaf dan ampunan.
“Ngaku lepat” sendiri diwujudkan dengan menjalankan tradisi sungkeman yang mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, berperilaku rendah hati, memohon keikhlasan, ampunan, serta maaf dari orang-orang yang selama ini kita temui, yang secara tidak sadar kita sakiti, berbuat salah, dan berbuat khilaf kepadanya.