Meski begitu, Ismail menilai bahwa sistem pendidikan Finlandia mungkin tidak bisa diterapkan begitu saja di Indonesia.

“Finlandia memiliki sistem pendidikan terbaik, tetapi karakteristik masyarakatnya berbeda dengan kita. Tidak bisa serta-merta diterapkan di sini tanpa melihat kondisi sosial dan budaya yang ada,” ujarnya.

Ismail Latisi menegaskan bahwa UN tetap relevan sebagai alat untuk mengukur kualitas pendidikan di Indonesia. Tanpa standar yang jelas, sulit untuk memastikan kompetensi siswa di seluruh Indonesia.

“Jadi kita lihat sisi positifnya walaupun peniadaan UN pada waktu itu ada latar belakangnya. Kalau mau lulus harus belajar dengan baik,” tandasnya.

Meskipun mendukung kembali diterapkannya UN, Ismail berharap pemerintah dapat memastikan pelaksanaan ujian yang lebih baik dan tidak hanya berfokus pada hasil ujian semata.

(Adv)