Sementara penurunan konsumsi beras justru akan meningkatkan konsumsi terigu, seperti roti, mie instant dan olahan berbahan dasar terigu lainnya yang merupakan komoditi impor.
Padahal ungkap Yana, rendahnya konsumsi pangan lokal akan mengancam ketahanan pangan daerah.
Apalagi jika terjadi hal-hal yang menghambat proses distribusi pangan seperti pandemi, bencana alam, cuaca dan hal lainnya.
Di sisi lain, tidak semua daerah di Kaltim dapat ditanami padi, sementara daerah yang potensi padi semakin lama lahannya semakin terbatas, sebab terjadi alih fungsi lahan.
"Kita akan terus mengampanyekan pangan lokal seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sukun, sagu, jelai, jawawut, shorgum dan pisang yang bisa menjadi sumber karbohidrat alternatif, selain beras dan terigu," katanya.
(adv/diskominfokaltim)