POJOKNEGERI.COM - Tiga amalan pembuka rezeki.
Umat manusia dianjurkan berusaha hingga batas maksimalnya untuk bisa mendapatkan rezeki.
Rezeki pun beragam, mulai dari kesehatan, perekonomian yang cukup, keturunan yang baik, atau bahkan karir yang bagus.
Bahkan, sakit pun termasuk dalam rezeki yang diberikan Allah SWT untuk menguji umatnya.
Dalam sabda Rasulullah ﷺ dalam hadis riwayat Bukhari Muslim yang berbunyi:
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.
Artinya: Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan,
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya".
Perihal rezeki, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk bisa mengundang datangnya rezeki.
Nabi Muhammad SAW pun anjurkan lakukan hal-hal baik untuk bisa membuat rezeki datang dari arah yang tak diduga-duga.
Berikut ini ada 3 amalan pembuka rezeki yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
1. Lakukan Salat Dhuha
Salat Dhuha seperti diketahui adalah salat sunnah yang mampu mendatangkan rezeki.
Salat Dhuha dikerjakan sejak matahari mulai meninggi sampai datangnya zawal (tergelincirnya matahari). Atau sejak 15 menit setelah matahari terbit hingga 15 menit menjelang zuhur.
Salat Dhuha dikerjakan minimal 2 rakaat dan maksimal 8 rakaat. Ada juga riwayat yang menyebut hingga 12 rakaat.
Adapun niat sholat dhuha adalah sebagai berikut:
اُصَلِّى سُنَّةَ الضَّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Ushalli Sunnatadh-dhuhaa rak'ataini lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat sholat sunah dhuha dua rakaat, karena Allah ta'ala"
2. Membaca Zikir setiap hari
Anjuran Rasulullah yang selanjutnya untuk pembuka rezeki adalah membaca zikir setiap hari.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa membaca 'La ilaha illallah Al Malikul Haqqul Mubin (tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha benar lagi Maha Nyata) sebanyak 100 kali dalam sehari, maka ia memperoleh jaminan aman dari kemiskinan, diselamatkan dari dahsyatnya kubur dan terbuka untuknya pintu-pintu surga." (HR. Abu Nuaim)
Selain itu, umat Islam diajarkan membaca zikir "Subhanallahi wa bihamdih, Subhanallahil 'adzim, astaghfirullahal'adzim" 100 kali dalam setiap hari.
Lebih utama apabila dibaca setelah azan subuh sebelum iqamah.
3. Baca Surah Al-Waqiah setiap hari
Surat Al-Waqiah adalah surat ke-56. Jumlah ayatnya adalah 96 ayat. Surah Al-Waqiah memiliki makna kiamat.
Kandungan dalam ayat ini menceritakan bagaimana hari kiamat akan terjadi dan balasan bagi orang mukmin dan orang kafir.
Surah Al-Waqiah juga menceritakan penciptaan manusia, api dan segala jenis tumbuhan. Sekaligus menerangkan kuasa Allah ketika hari kebangkitan.
Umat Islam dianjurkan membaca surah Al-Waqiah setiap selesai salat Ashar atau pada malam hari.
Surah ini merupakan amalan penghalang seseorang dari kefakiran atau kemiskinan.
Berikut bacaan Surah Al-Waqiah:
.إِذَا وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ
Iżā waqa’atil-wāqi’ah
1. Apabila terjadi hari kiamat,
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ
Laisa liwaq’atihā kāżibah
2. tidak seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya.
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ
Khāfiḍatur rāfi’ah
3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
إِذَا رُجَّتِ ٱلْأَرْضُ رَجًّا
Iżā rujjatil-arḍu rajjā
4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
وَبُسَّتِ ٱلْجِبَالُ بَسًّا
Wa bussatil-jibālu bassā
5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
فَكَانَتْ هَبَآءً مُّنۢبَثًّا
Fa kānat habā`am mumbaṡṡā
6. maka jadilah ia debu yang beterbangan,
وَكُنتُمْ أَزْوَٰجًا ثَلَٰثَةً
Wa kuntum azwājan ṡalāṡah
7. dan kamu menjadi tiga golongan.
فَأَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَة
Fa aṣ-ḥābul-maimanati mā aṣ-ḥābul-maimanah
8. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
وَأَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ
Wa aṣ-ḥābul-masy`amati mā aṣ-ḥābul-masy`amah
9. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُو
Was-sābiqụnas-sābiqụn
10. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْمُقَرَّبُونَ
Ulā`ikal-muqarrabụn
11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.
فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ
Fī jannātin-na’īm
12. Berada dalam jannah kenikmatan.
ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْأَوَّلِين
Sullatum minal-awwalīn
13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ
Wa qalīlum minal-ākhirīn
14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian
عَلَىٰ سُرُرٍ مَّوْضُونَةٍ
‘Alā sururim mauḍụnah
15. mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,
مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيْهَا مُتَقَٰبِلِينَ
Muttaki`īna ‘alaihā mutaqābilīn
16. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ
Yaṭụfu ‘alaihim wildānum mukhalladụn
17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِّن مَّعِينٍ
Bi`akwābiw wa abārīqa wa ka`sim mim ma’īn
18. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,
لَّا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ
Lā yuṣadda’ụna ‘an-hā wa lā yunzifụn
19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
وَفَٰكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ
Wa fākihatim mimmā yatakhayyarụn
20. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُونَ
Wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahụn
21. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.
وَحُورٌ عِينٌ
Wa ḥụrun ‘īn
22. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,
كَأَمْثَٰلِ ٱللُّؤْلُؤِ ٱلْمَكْنُونِ
Ka`amṡālil-lu`lu`il-maknụn
23. laksana mutiara yang tersimpan baik.
جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Jazā`am bimā kānụ ya’malụn
24. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا
Lā yasma’ụna fīhā lagwaw wa lā ta`ṡīmā
25. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,
إِلَّا قِيلًا سَلَٰمًا سَلَٰمًا