Upaya Kudeta di Burkina Faso Digagalkan, Sejumlah Perwira Militer Ditangkap

POJOKNEGERI.COM – Pemerintahan militer Burkina Faso menyatakan berhasil menggagalkan upaya kudeta yang melibatkan sejumlah perwira militer dan pihak lain.
Informasi tersebut disampaikan oleh otoritas negara itu dalam pernyataan resmi pada Rabu (waktu setempat). Sehari setelah dugaan perebutan kekuasaan tersebut terjadi.
Menurut pemerintah militer, rencana tersebut berpotensi menjerumuskan Burkina Faso ke dalam kondisi “kekacauan” jika tidak berhasil digagalkan oleh dinas intelijen dan keamanan negara.
Pernyataan Resmi Pemerintah Militer
Juru bicara pemerintahan militer Burkina Faso, Rimtalba Jean Emmanuel Ouedraogo, mengatakan bahwa aparat keamanan telah mengambil langkah tegas terhadap pihak-pihak yang terlibat.
“Para perwira dan pihak lain yang diduga terlibat dalam upaya destabilisasi ini telah ditangkap. Sementara lainnya masih dalam pengejaran,” ujar Ouedraogo dalam pernyataan resmi, tanpa merinci identitas atau jumlah pasti pelaku.
Ia menambahkan bahwa pemerintah akan berupaya mengungkap seluruh fakta terkait rencana tersebut. Pemerintah juga menyayangkan keterlibatan sejumlah perwira militer dalam dugaan makar tersebut.
“Pemerintah menyesalkan bahwa perwira yang sumpahnya adalah membela tanah air justru terseret dalam tindakan semacam ini,” kata Ouedraogo.
Menurut pernyataan pemerintah, upaya kudeta tersebut terjadi pada Selasa.
Proses Hukum dan Penyelidikan
Jaksa militer Burkina Faso kemudian mengonfirmasi bahwa empat orang telah ditangkap. Sementara dua orang lainnya melarikan diri dan masih dalam pengejaran aparat keamanan.
Jaksa menyebut penyelidikan resmi telah dibuka berdasarkan “tuduhan yang kredibel terkait rencana terhadap keamanan negara yang melibatkan para perwira”. Namun, hingga kini belum ada rincian lebih lanjut mengenai latar belakang para tersangka maupun peran masing-masing dalam dugaan rencana tersebut.
Awal bulan ini, jaksa militer juga mengumumkan bahwa tiga tentara telah ditangkap dan didakwa karena diduga merencanakan makar terhadap pemerintahan militer yang dipimpin Kapten Ibrahim Traore.
Kondisi Keamanan Ibu Kota
Setelah pengumuman resmi pemerintah, situasi di ibu kota Ouagadougou relatif tenang pada Rabu malam. Aparat keamanan meningkatkan kewaspadaan di sejumlah titik strategis, namun tidak ada laporan bentrokan atau gangguan besar terhadap aktivitas warga.
Pada Selasa, ribuan demonstran pendukung pemerintahan militer turun ke jalan-jalan di Ouagadougou dan sejumlah wilayah lain. Aksi tersebut untuk menunjukkan dukungan terhadap Kapten Ibrahim Traore, menyusul beredarnya rumor pemberontakan di media sosial.
Demonstrasi ini terjadi setelah sejumlah tokoh pendukung Traore menyerukan kepada masyarakat untuk “membela” pemerintahan militer di tengah isu ketidakstabilan politik.
Pembatasan Media
Dalam perkembangan terkait, majalah berita Prancis Jeune Afrique dihentikan sementara penerbitannya di Burkina Faso pada Senin. Pihak militer menilai salah satu artikel yang media tersebut muat mengandung “ketidakbenaran” terkait laporan tentang ketegangan dan ketidakpuasan di tubuh angkatan bersenjata.
Langkah ini menambah sorotan terhadap hubungan antara pemerintahan militer dan media, khususnya media asing, di tengah situasi politik yang sensitif.
Latar Belakang Politik Burkina Faso
Burkina Faso merupakan salah satu dari sejumlah negara di Afrika Barat yang mengalami pengambilalihan kekuasaan oleh militer dalam beberapa tahun terakhir. Kapten Ibrahim Traore merebut kekuasaan pada September 2022, delapan bulan setelah kudeta militer sebelumnya menggulingkan Presiden terpilih secara demokratis, Roch Marc Kabore.
Kudeta tersebut terjadi di tengah ketidakpuasan publik terhadap pemerintah sipil, terutama terkait kegagalan menekan pemberontakan kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS).
Krisis Keamanan dan Kemanusiaan
Burkina Faso saat ini menghadapi salah satu krisis keamanan dan kemanusiaan terburuk di kawasan Sahel. Konflik bersenjata yang berkepanjangan telah menyebabkan lebih dari dua juta orang mengungsi, menjadikannya salah satu krisis pengungsian internal terbesar di Afrika.
Pekan lalu, pihak berwenang mengklaim hampir 192.000 pengungsi internal telah kembali ke rumah mereka setelah pasukan pemerintah berhasil merebut kembali sejumlah wilayah. Namun, kelompok pemberontak masih terus melancarkan serangan, meskipun militer menyatakan berhasil mengamankan beberapa daerah.
Awal September, lebih dari 50 tentara Burkina Faso dan pejuang relawan tewas dalam bentrokan dengan pemberontak. Insiden tersebut menjadi salah satu kerugian terbesar bagi militer dalam beberapa bulan terakhir dan menambah daftar panjang korban konflik, yang mencakup ribuan warga sipil dan personel keamanan.
Analisis Umum
Pengamat menilai upaya kudeta yang berulang mencerminkan rapuhnya stabilitas politik Burkina Faso di tengah tekanan keamanan yang berat. Pemerintahan militer menghadapi tantangan ganda. Yakni menjaga konsolidasi kekuasaan di dalam negeri sekaligus melawan kelompok bersenjata yang terus mengancam wilayah-wilayah pedesaan.
Situasi ini juga menunjukkan kompleksitas transisi politik di negara-negara Sahel. Di mana militer sering mengambil alih kekuasaan dengan janji stabilitas dan keamanan. Namun tetap menghadapi pada ancaman internal serta keterbatasan sumber daya.
Hingga kini, pemerintah militer Burkina Faso menegaskan komitmennya untuk menindak tegas setiap upaya destabilisasi, sembari melanjutkan operasi keamanan untuk menekan kelompok pemberontak yang masih aktif di berbagai wilayah.
(*)

Wowww