Dia menyatakan, nantinya smelter tembaga milik PTFI akan memiliki total kapasitas input sebesar 2 juta ton.
Hal tersebut sesuai dengan komitmen perusahaan kepada pemerintah dalam program hilirisasi bahan tambang.
"Ini adalah komitmen kami terhadap pemerintah sebagai bagian dari IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) bahwa kami akan membangun smelter lagi dengan total kapasitas 2 juta ton," tandasnya.
Hingga 2022, Freeport sudah menghabiskan biaya senilai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 24 triliun (asumsi kurs Rp 15.029 per US$) dari total biaya yang akan dikeluarkan sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun.
Tony menyebutkan bahwa PTFI menargetkan smelter barunya itu akan mulai beroperasi pada Mei 2024.
Proses konstruksi fisik smelter tembaga barunya ini menurutnya ditargetkan bisa selesai pada akhir 2023 mendatang.
Seperti diketahui, awal pembangunan smelter baru Freeport ini dilakukan pada Oktober 2021 lalu yang juga turut disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Saat ini PTFI juga telah memiliki satu smelter yang telah beroperasi - juga berlokasi di Gresik.
Perusahaan bekerja sama dengan Mitsubishi membentuk PT Smelting.